Selasa, 23 April 2013

Nyawa sahabatku terselamatkan 6



kita jadi lemas tidak memiliki tenaga sama sekali.”. Benar apa yang dikatakan Bambang tersebut, karena kita bertiga sudah mulai tertidur. Kudengar Bibit sudah mendengkur karena tidak kuat menahan kantuknya.
Bibit segera memegang sepedanya siap mendorong, aku mengikuti dari belakang agak lesu, karena tadi mataku hampir terpejam. Sekarang jalanan menanjak tinggi sekali, mendaki Gunung Lawu. Bambang dan Bibit mendorong sepeda ke arah Sarangan dengan cara menggergaji jalan mungkin disebut Zig Zag, aku naik sedikit demi sedikit,  ini yang membuat aku kehabisan tenaga. Jarak Ngerong ke Sarangan yang hanya 5 Km kutempuh dalam waktu hampir 2 jam, cukup menguras tenaga. Jam 6.00 sore kami bertiga tiba di Sarangan kemudian bermalam di rumah Pak Lurah Sarangan. Habis sudah tenagaku, sampai-sampai aku duduk terjatuh tidak kuat menahan lelah dan kantuk, kesalahanku tidak mendaki secara menggergaji, berjalan sambil mendorong sepeda seperti yang dilakukan mereka berdua yang aku kira mengbuang-buang waktu dan tenaga, ternyata perkiraanku salah.
Seperti biasanya kegiatan selanjutnya mandi dan menanak nasi untuk makan malam dilakukan oleh Bambang. Aku dan Bibit bergantian mandi untuk mendinginkan tubuh yang panas sekali seperti terbakar. Air sedingin itu membuat tubuhku segar lagi, juga yang dialami Bibit. Dia tampak ceria, rasa lelah sudah tidak ada lagi. Setelah selesai mandi kemudian kami bertiga makan malam dengan lahapnya, nasi hangat, minum teh hangat manis di kedingingan Sarangan sungguh nikmat. Selesai makan malam kami bertiga jalan-jalan mengitari telaga, menikmati pemandangan, sambil kudendangkan lagu langgam Telaga Sarangan kesukaanku, maklum lagu2 populair masih belum banyak.
                                Teduh sunyi damai tenang Telaga Sarangan
                                Indah bukan buatan........dst
Telaga Sarangan sungguh indah walau yang melihat cuma kami bertiga dikeheningan malam dengan penerangan sinar2 bintang. Maklum kami menikmati keindahan telaga diwaktu malam, jadi ya hanya kami bertiga saja. Kami duduk dipinggiran telaga, sesekali membayangkan betapa dalamnya telaga ini, dengan melempar batu kearah telaga. Setelah dianggap cukup, hampir 90 menit kami mengitari telaga sambil bercanda yang menyegarkan jam 21.00 kami kembali ke tempat Pak Lurah Sarangan untuk melepaskan lelah. Betapa cepatnya kami bertiga tertidur walau diatas tikar yang dihamparkan di lantai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar