Selasa, 23 April 2013

Nyawa sahabatku terselamatkan 9



tidak kedinginan. Suara serangga (gareng) ngeek-ngeek semakin nyaring saja, tidak ada hentinya saling bersaut-sautan membuat suasana hutan semakin gaduh oleh suaranya. Bukan main dinginnya. Dalam hatiku juga agak heran kenapa kabut itu tidak bergerak padahal biasanya kabut cepat meninggalkan tempatnya tersapu angin. Setiap tersapu kabut Bambang selalu menantang-nantang Penunggu Gunung Lawu sambil berdiri di bibir jurang. Kabut sering menutupi kami bertiga seperti tidak mau tersapu angin, tetapi kami pantang menyerah, disini aku mulai merasakan keanehan. Mudah2an kabut yang berwarna kuning tidak datang menyelimuti kita, yang konon mematikan karena mengandung racun, tetapi aku tidak mau mengatakannya, hanya aku berdoa akan keselamatan kami bertiga. Aku heran dengan tenagaku yang semakin menjadi luar biasa kuatnya, karena untuk naik dengan mendorong sepeda ini harus ditempuh dengan cara menggergaji (zig zak) jalan tanpa rasa lelah. Jadi kalau jarak 10 meter dengan zig zag sama dengan menempuh jarak 40 meter. Sesekali kuhibur temanku diwaktu jalan turun kakiku berjalan ditebing, tangan kiri memegang sepeda pada stang kiri, sementara tangan kanan mendorong bayangan (besi yang membedakan sepeda laki dan perempuan) sambil ngerem jadi nampaknya seperti berjalan miring 45 drajad, Bibitpun mengikuti adegan ini dengan tertawa terbahak-bahak sehingga membuat suasana semakin ceria; sewaktu jalan turunpun kami bertiga tidak berani menaiki sepeda karena terlalu curam dan tidak beraspal, batu makadam yang disusun rapi. Kalau dipaksakan naik sepeda kita bisa terjungkal atau garpu bisa patah, malah merepotkan kami. Jalan naik turun ini tidak bisa terhitung banyaknya, dan selama perjalanan ini tidak pernah kulihat kendaraan yang melewati dan berpapasan dengan kita. Jadi tidak pernah bertemu dengan satupun manusia kecuali kita bertiga. Aku berteriak:” Jalan ini memang diperuntukan bagi kita, jalan ini milik kita, tak seorang pun melintas dari tadi.” Mereka mengangguk tanda setuju, sambil tetap mendorong secara Zig Zag bila jalan naik dan sambil mengerem bila jalanan turun.
Kira2 jam 16.00 kami istirahat sejenak melepaskah lelah dalam suasana terang tanpa kabut ini kugunakan lagi untuk mengenang keindahan Telaga Sarangan dengan kusenandungkan lagi sambil bersandar dibatu besar, untuk mendengar lagu tersebut klip pada http, geser ke kanan klik kanan pilih open link, maaf tanpa masik kerena kala itu tak bawa gitar, anda akan heran : http://youtu.be/cfEEM1YcJuk belum semenit kudendangkan lagu ini Bibit sudah terdidur pulas, sedang sebelum lagu kuulangi akupun terlena karena lelah, sementara aku tidak tahu apa yang dilakukan Bambang yang tidak pernah tidur diwaktu rehat, biasanya utak utik sepedanya. Kira-kira jam 16.30sampai ketemu besuk ya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar